PERISAI UNTUK AYAH
Ayah..
mungkin kesedihan mendampingimu
ketika anak-anakmu merayakan hari ibu
tapi tak pernah ada perayaan untuk harimu
aku tak mengerti arti lelahmu
ketika kau bekerja untuk anak-anakmu
tapi ucapan terima kasih itu tak tersampaikan padamu
Aku baru tahu..
ketika aku tertidur Ayah curahkan semuanya
ia mulai meneteskan air mata
dihadapanku sosok wibawa itupun rapuh
bak matahari menangis terhadap bumi
ayah mulai bercerita tentangnya
dia tak akan lelah jika semua itu untukku
dia akan selalu tegar jika itu bahagiaku
dia akan selalu tersenyum setelah senyumku
mungkin kesedihan mendampingimu
ketika anak-anakmu merayakan hari ibu
tapi tak pernah ada perayaan untuk harimu
aku tak mengerti arti lelahmu
ketika kau bekerja untuk anak-anakmu
tapi ucapan terima kasih itu tak tersampaikan padamu
Aku baru tahu..
ketika aku tertidur Ayah curahkan semuanya
ia mulai meneteskan air mata
dihadapanku sosok wibawa itupun rapuh
bak matahari menangis terhadap bumi
ayah mulai bercerita tentangnya
dia tak akan lelah jika semua itu untukku
dia akan selalu tegar jika itu bahagiaku
dia akan selalu tersenyum setelah senyumku
Dia akan selalu ada meski tak ku pinta
Dia akan jauh lebih kuat jika aku kekuatannya
Dia akan berarti jika kecupanku mendarat di dahi dan pipinya
Dia tak akan makan sesuap nasipun sebelum aku rasakan itu
Dia tak akan meneguk setetes air minum sebelum aku lewati itu
Dia kan selalu ingin melihat senyumku
Walau itu bukan karena dan untuk Ayah
Aku baru tahu..
ketika aku sakit, Ayah setia padaku
aku tahu obat untukku tidaklah murah
ketika aku membuka mulutku
Ayah langsung menutupnya dan berkata
"Jangan fikirkan apapun, Ayah hanya ingin kau sembuh"
Aku baru tahu..
ketika aku sembuh dia hanya berkata
"Jangan fikirkan cara untuk membalas semua ini!"
ketika aku akan bertanya, ia berkata lebih dulu
"Jika kau bertanya mengapa?"
"Karena kau adalah harta Ayah yang paling mahal"
Aku sekarang sadar...
ketika nanti detak jantungnya berhenti
aku takut jika belum bisa bahagiakannya
seperti dirinya yang selalu bahagiakanku
aku takut akan kekasaran mulutku
belum sembuh dalam kalbunya
aku takut goresan yang tertinggal dalam hatinya
tak mampu aku hapus dengan seuntai senyumku
Jangan biarkan senyumku sendiri Ayah..
Aku masih ingin mendampingimu menemani senyum indahmu
Seperti dirimu yang selalu ada untukku
Tak akan kubiarkan setetes air pun keluar dari bola mata tegarmu
Walau aku harus relakan setetes darah keluar dari mata rapuhku
Aku masih ingin menyebut namamu
tanpa gelar Almarhum didepan namamu
Aku masih ingin katakan namamu dengan menggandeng bangga tanganmu
Aku masih ingin lewati hariku bersama irama detak jantungmu
jangan biarkan gelar "YATIM" itu untukku Ayah..
aku masih ingin menyandang namamu dibelakang namaku
sebelum waktu itu tiba
aku berjanji akan menjadi perisai untukmu Ayah.
sampai darah merahku habis terkuras
jangan biarkan gelar "YATIM" itu untukku Ayah..
aku masih ingin menyandang namamu dibelakang namaku
sebelum waktu itu tiba
aku berjanji akan menjadi perisai untukmu Ayah.
sampai darah merahku habis terkuras
Hanya untuk dan karenamu, Ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar